Imam Asy Syafie Memuji Tasawuf

Ada sifulan yang menulis begini :

Fakta: “Orang kata Wahhabi ialah mereka yang menolak sufiyyah
(tasawwuf) …” Penjelasan: Jika demikian takrifan Wahhabi, maka asy-Syafi’e rahimahullah (204H) ialah Wahhabi kerana menolak sufiyyah dan memperingatkan orang ramai akan kelompok tersebut sebagaimana katanya:

ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﺗَﺼَﻮَّﻑَ ﻣِﻦْ ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺕِ
ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮُ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗَﻪُ ﺃَﺣْﻤَﻖَ .

Maksudnya: “Seandainya seorang menjadi sufi (pengamal tasawuf) di awal siang hari, maka sebelum zuhur akan engkau dapati dia termasuk orang yang biul (dungu).” [Manaqib asy-Syafi’e 2/207 oleh al-Baihaqi.]

ﺃُﺱُّ ﺍﻟﺘَّﺼَﻮُّﻑِ ﺍﻟْﻜَﺴْﻞُ.

Maksudnya: “Pokok utama tasawuf ialah kemalasan.”[Hilyah al-Ulama’
9/136-137 oleh Abu Nu’aim.]

ﺧَﻠَّﻔْﺖُ ﺑِﺒَﻐْﺪَﺍﺩَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺃَﺣْﺪَﺛَﺘْﻪُ ﺍﻟﺰَّﻧَﺎﺩِﻗَﺔُ ﻳُﺴَﻤُّﻮْﻧَﻪُ
ﺍﻟﺘَّﻐْﺒِﻴْﺮَ، ﻳُﺸْﻐِﻠُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ .

Maksudnya: “Saya tinggalkan kota Baghdad sesuatu yang dibuat orang-orang zindiq (orang-orang sufi), mereka menamakannya dengan taghbir (zikir atau lantunan syair-syair zuhud dengan suara merdu) untuk melalaikan manusia daripada al-Qur’an.” [Manaqib
asy-Syafi’e 1/283.]

Meskipun demikian tegasnya Imam asy-Syafi’e dan sebahagian
“Wahhabi” menolak Tasawwuf, namun terdapat sebahagian dari
kalangan para tokoh dan pengikut aliran “Wahhabi” yang menerima ilmu Tasawwuf selagi mana ia selari dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih serta sesuai dengan kefahaman dan amalan generasi al-Salaf al-Shalih.

Jawapan :

Apabila menukil perkataan ulamak dari kitabnya, pastikan JUJUR jangan khianat. Imam al Baihaqi adalah salah seorang dari ulamak Mazhab Asy Syafie dan mengikut Asya’iroh.

Dalam kitab Manaqib Asy Syafie tersebut, Imam al Baihaqi menjelaskan perkataan Imam Asy Syafie dengan lebih lanjut :

”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.”
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)

Ini bermakna perkataan Imam Asy Syafie khusus pada ahli sufi yang mengaku sufi sedangkan tak mengamalkan ilmu dan ibadah. Bukannya Imam Asy Syafie mencela Sufi secara total. Seorang ahli sufi itu mesti juga mengikut aqidah dan syariat.

Imam Al Baihaqi menjelaskan lagi dalam kitab Manaqib Al Imam Asy Syafie nya itu :

Imam As Syafi’i juga menyatakan,

”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.”
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,

”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.

(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,

”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat). (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah menilai bahwa pernyataan Imam As Syafi’i yang menyebutkan beliau mengambil dari para sufi dua hal atau tiga hal dalam periwayatan yang lain, sebagai bentuk pujian beliau terhadap kaum ini,

”Wahai, bagi dua kalimat yang betapa lebih bermanfaat dan lebih menyeluruh. Kedua hal itu menunjukkan tingginya himmah dan kesadaran siapa yang mengatakannya. Cukup di sini pujian As Syafi’i untuk kelompok tersebut sesuai dengan berat perkataan mereka.”

(lihat, Madarij As Salikin, 3/129)

Dan dalam bahagian lain pula Imam Asy Syafie turut memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,

”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut ciri-cirinya, dan saya tahu bahawa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’”

(Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164)

Pujian Imam Asy Syafie terhadap tasawwuf :

Aku cinta kepada dunia kalian itu tiga :

a) Tidak berlebih-lebihan (sederhana)

b) Bergaul kepada orang dengan lemah lembut.

c) Meneladani cara tokoh-tokoh tasawwuf.

(Kasyful Khafa’, Imam Al Ajluni, jld 1, m/s 341)

Rujukan:

  1. Manaqib Al Imam As Syafi’i, karya Al Baihaqi, t. As Sayyid Ahmad Shaqr, cet.Dar At Turats Kairo, th.1390 H.
  2. Madarij As Salikin, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, cet. Al Mathba’ah As Sunnah Al Muhamadiyah, th. 1375 H.
  3. Adab As Syafi’I wa Manaqibuhu, karya Ibnu Abi Hatim Ar Razi, cet.
    Dar Al Kutub Al Ilmiyah, th. 1424 H.
  4. Abu Mohammad Rohimuddin Nawawi, Memahami Tasawwuf Yang Shahih, Pustaka Salam Sdn Bhd, 2009

Penulis: Ustaz Dr Zamihan Al Ghari

Latest articles

Related articles