Dalam disiplin ilmu hadis, ulama hadis yang hidup pada zaman awal disebut sebagai golongan Mutaqaddimin. Mereka ini adalah tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam perkembangan dan penyebaran ilmu hadis pada tiga kurun pertama Hijrah. Tempoh ini dianggap sebagai era keemasan dalam ilmu hadis di mana ramai tokoh terkenal yang memberikan sumbangan besar.
Tokoh-Tokoh Mutaqaddimin
Antara tokoh-tokoh Mutaqaddimin ialah:
- Abu Hanifah (wafat 150H)
- al-Awza’i (wafat 156H)
- Syu’bah (wafat 160H)
- Sufyan al-Thawri (wafat 161H)
- al-Laith bin Sa’d (wafat 175H)
- Malik bin Anas (wafat 179H)
- Ibn al-Mubarak (wafat 181H)
- Yahya bin Sa’id al-Qattan (wafat 198H)
- Sufyan bin ‘Uyaynah (wafat 198H)
- ‘Abd al-Rahman bin Mahdi (wafat 198H)
- al-Syafie (wafat 204H)
- Ibn Ma’in (wafat 233H)
- Ibn al-Madini (wafat 234H)
- Ishaq bin Rahuyah (wafat 238H)
- Ahmad bin Hanbal (wafat 240H)
- al-Bukhari (wafat 256H)
- Muslim (wafat 261H)
- Abu Zur’ah (wafat 264H)
- Abu Dawud (wafat 275H)
- Abu Hatim (wafat 277H)
- al-Tirmidhi (wafat 279H)
- al-Bazzar (wafat 292H)
- al-Nasa’i (wafat 303H)
Pandangan al-Hafiz al-‘Ala’i
Menurut al-Hafiz al-‘Ala’i (wafat 761H) dalam karyanya an-Naqd as-Sahih, beliau menyebut bahawa ulama Mutaqaddimin yang dianugerahkan pengetahuan luas dan hafalan yang banyak dalam ilmu hadis adalah seperti Syu’bah, Yahya bin Sa’id al-Qattan, dan ‘Abd al-Rahman bin Mahdi. Murid-murid mereka pula seperti Ahmad bin Hanbal, Ali bin al-Madini, Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rahuyah dan sekumpulan lagi. Kemudian diikuti oleh murid mereka pula seperti al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmizi, dan an-Nasa’i sehingga zaman ad-Daraqutni dan al-Bayhaqi.
Akhir Zaman Mutaqaddimin
Berdasarkan pernyataan al-Hafiz al-‘Ala’i, zaman Mutaqaddimin berakhir sebelum tahun 500 Hijrah. Ini disokong oleh al-Hafiz Ibn Hajar (wafat 852H) dalam an-Nukat, yang mengisyaratkan bahawa golongan Mutaakhirin adalah mereka yang hidup sesudah tahun 500 Hijrah.
Tokoh-Tokoh Mutaakhirin
Selepas tahun 500 Hijrah, ulama hadis tidak lagi membukukan hadis lengkap berserta sanad kecuali segelintir kecil sahaja yang masih berbuat demikian seperti al-Baghawi (wafat 516H), Ibn ‘Asakir (wafat 571H), dan Ibn al-Jawzi (wafat 597H). Kebanyakan ulama hadis lebih memberi tumpuan kepada proses pengemaskinian, penyaringan, perbahasan isu, penyusunan syarah hadis, dan ensiklopedia hadis.
Antara tokoh-tokoh Mutaakhirin ialah:
- Ibn al-Athir (wafat 606H)
- Ibn al-Solah (wafat 643H)
- al-Munziri (wafat 656H)
- al-Nawawi (wafat 676H)
- Ibn Daqiq al-‘Ied (wafat 702H)
- al-Zahabi (wafat 748H)
- al-Subki (wafat 756H)
- al-‘Ala’i (wafat 761H)
- al-Zayla’i (wafat 762H)
- Ibn Jama’ah (wafat 767H)
- Ibn Kathir (wafat 774H)
- al-Zarkasyi (wafat 794H)
- Ibn Rajab (wafat 795H)
- Ibn al-Mulaqqin (wafat 804H)
- al-‘Iraqi (wafat 806H)
- al-Haythami (wafat 807H)
- Ibn Nasir ad-Din (wafat 842H)
- Ibn Hajar (wafat 852H)
- al-Busiri (wafat 840H)
- Ibn Qutlubugha (wafat 879H)
- as-Sakhawi (wafat 902H)
- as-Suyuti (wafat 911H)
Dengan memahami pembahagian antara Mutaqaddimin dan Mutaakhirin, kita dapat lebih menghargai sumbangan setiap generasi ulama hadis dalam memelihara dan menyebarkan ilmu hadis sehingga ke hari ini.